“ADA APA DENGAN SENI LUKIS DI PADANGPANJANG”
Oleh : Ziyat Iswandi
Tulisan ini saya awali dengan pertanyaan.
Mengapa harus dengan pertanyaan? Karena proses penalaran hanya akan mungkin ada,
bila masih ada pertanyaan. Jika pertanyaan sudah tidak lagi ada, maka proses
penalaran sudah berhenti atau mati. Selama pertanyaan masih ada, maka proses
penalaran akan terus hidup dan berkembang. Begitulah cara manusia mengenal
diri, alam dan Penciptanya. Saya rasa para filsuf juga akan mengatakan
demikian. Pertanyaan besar yang ada dalam pikiran saya adalah: “ada apa dengan
seni lukis di Padangpanjang...?
“Ada apa dengan seni lukis di Padangpanjang...?”,
merupakan pertanyaan yang sederhana. Namun, pertanyaan sederhana ini rasanya
cukup baik untuk memulai pembicaraan kita tentang perkembangan salah satu
bentuk karya seni murni selain seni patung dan grafis, yaitu seni lukis. Secara
implisit (tersurat), pertanyaan yang sederhana ini ternyata menimbulkan banyak
pertanyaan lain, menggambarkan berbagai persoalan dan membutuhkan jawaban yang
rumit seputar perkembangan seni lukis, khususnya di Padangpanjang.
Pertanyaan-pertanyaan itu diantaranya seperti: mengapa seni lukis tidak begitu
berkembang di Padangpanjang? Apakah masyarakat Padangpanjang tidak tahu tentang
seni lukis? Apakah tak begitu menarik atau mempesona, seperti halnya dengan
cabang seni yang selama ini mereka kenal, seperti karawitan, tari, atau musik?
Setiap manusia yang lahir sudah memiliki
kecenderungan terhadap seni, namun penerapannya berbeda-beda pada setiap
manusia. Bakat seni merupakan bawaan lahir setiap manusia. Artinya, setiap
manusia memiliki bakat seni. Kecenderungan kepada cabang seni tertentu jelas
akan berbeda pada setiap orang. Ada yang dianugerahkan bakat seni rupa, musik,
tari, sastra, dan lain-lain. Namun, kadar atau porsinya pada setiap orang akan
berbeda-beda pula. Begitu juga dengan cita rasa keindahan (estetika), secara
umum sudah terdapat pada diri masing-masing setiap manusia, seiring dengan
anugerah bakat yang dimilikinya. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Merea dapat membedakan pemandangan yang indah dengan
yang tidak indah. Mereka dapat membedakan warna rumah yang bagus dan yang
tidak. Mereka mampu memilih pakian yang indah untuk dirinya. Estetika dalam hal
ini sudah diaplikasikan oleh masyarakat. Mereka mungkin tidak tahu apa itu
estetika, namun secara tidak sadar mereka sudah mengaplikasikannya.
Mungkinkah keindahan yang mereka pahami, tidak
mereka temukan pada seni lukis di sini (ISI Padangpanjang)? Sehingga lukisan
yang diciptakan mahasiswa ISI Padangpanjang sulit sekali diterima oleh masyarakat.
Terlalu jauhkah jurang apresiasi masyarakat dengan pemahaman seniman? Atau
karya yang diciptakan kurang berkualitas? Jika dilihat dari hasil karya-karya
mahasiswa seni lukis ISI ( Institute Seni Indonesia) Padangpanjang, sepertinya
tidak begitu kalah hebatnya dengan karya-karya yang hadir di luar Padangpanjang.
Hanya saja secara ide dan pengemasan yang mungkin sedikit berbeda.
Bila dibandingkan antara seni lukis dengan
karawitan dan tari, perbedaan apresiasi masyarakat Padangpanjang terhadap
karawitan dan tari kelihatan menonjol sekali. Karawitan dan tari nampak hidup
dan berkembang dalam masyarakat Padangpanjang. Hal ini terlihat pada hajatan,
pesta perkawinan, atau malam bagurau
yang selalu ada. Jika dilihat proses berdirinya masing-masing jurusan di ISI
Padangpanjang, tidak dapat kita pungkiri bahwa karawitan, tari dan musik sudah
ada sejak lama, yaitu semenjak ASKI (Akademi Seni Karawitan Indonesia) ada.
Sedangkan seni lukis ( seni murni ) baru 6 tahun belakangan ini berdiri. Namun
hal ini menurut saya bukanlah hal yang signifikan, jika dijadikan sebagai
alasan, mengapa seni lukis tidak diapresiasi oleh masyarakat Padangpanjang.
Menurut pemikiran saya, ada beberapa faktor
yang menyebabkan seni lukis tidak begitu berkembang di Padangpanjang. Masalah tersebut
antara lain:
A. Factor ekonomi.
Kehidupan
masyarakat Padangpanjang yang sebagian besar petani dan pedagang, tentu ekonomi
lebih diutamakan, sedangkan apresiasi terhadap seni belakangan. Sebagaimana kita
ketahui bahwa kebutuhan hidup lebih diutamakan oleh setiap orang. Sedangkan kebutuhan
untuk hiburan atau seni tak menjadi penting, sebelum kebutuhan pokok terpenuhi,
maka urutan kebutuhan seni oleh masyarakat
berada pada urutan paling bawah.
B. Berdirinya Jurusan Seni Murni masih tergolong
baru.
Seni murni (
lukis, patung, grafis ) di ISI Padangpanjang terbentuk tahun 2006. Sebelum adanya
seni murni, karawitan, tari, musik terlebih dahulu namanya dikenal oleh
masyarakat, bahkan hingga sampai sekarang sudah berdirinya seni murni ketiga
jurusan tersebut tak lepas dari perhatian masyarakat. Begitu sulit dan susahnya
masyarakat memahami apa itu seni murni?
C. Kurangnya kegiatan apresiasi.
Kegiatan apresiasi seni yang begitu minim
diselenggarakan juga memberi dampak terhadap perkembangan seni lukis di
padangpanjang. Kegiatan apresiasi seni yang begitu minim dan sesekali dilakukan
juga tidak melibatkan masyarakat. Sebuah kegiatan apresiasi seni atau pameran jika
tidak ada keterlibatan masyarakat di dalamnya, membuat kegiatan apresiasi atau
pameran seni itu terasa dingin. Serta kurangnya masyarakat mendapatkan infomasi
terhadap pameran seni rupa.
Dari beberapa factor penyebab kurangnya
apresiasi masyarakat terhadap seni membuat tingkatan seni lukis berada paling
bawah dalam kehidupan masyarakat Padangpanjang. Meski urutan seni lukis berada
paling bawah bagi masyarakat, tidak berarti mereka tidak mengenal seni lukis (
seni murni ), mungkin masyarakat awam kebinggungan memahami karya-karya lukis
mahasiswa, sebab mereka hanya melihat visualnya saja dan tak memahami maksud
dan isi dari lukisan. Lain halnya dengan pertunjukan, karawitan, tari, musik, dan
teater. Meskipun tak memahami maksud dan tujuan dari tampilan karya, mereka
bisa tertawa gembira melihat suatu pertunjukan, itu memang hanya untuk hiburan
penghilang lelah sehabis bekerja di ladang atau pulang dari berdagang.
No comments:
Post a Comment