Jul 9, 2013

Analisis Semiotika Terhadap Lukisan Berjudul “The Raft Medusa

Karya Theodore Gericault

A.  Pendahuluan
Semiotika dimaksudkan sebagai ilmu tanda, ini berarti mempelajari semiotika sama dengan mempelajari tentang berbagai tanda. Seperti cara berpakaian, cara berkomunikasi, cara bersosialisasi dan masih banyak yang lainya. Sebetulnya mengkomunikasikan hal-hal mengenai diri sendiri, dan dengan begitu dapat dikatakan sebagai tanda.
Tanda sebenarnya bertebaran dimana-mana, disekujur tubuh, ketika berkata, ketika senyum, ketika menangis, saat cemberut, dan ketika diam. Dengan tanda-tanda mencoba mencari keteraturan dari pentas dunia yang kini yang sudah kacau balau. Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam membedakan sesuatu dengan sesuatu yang lainya,itu adalah upaya mencari dan menemukan jalan ditengah masyarakat.
Ziauddin Sardar Van Borin Loon (2001) yang menulis  dalam Cultural Studies for Beginners bahwa tanda merupakan konsep utama dalam Cultural  Studies. Charles Sanders Peirce yang pernah menegaskan bahwa  hanya berfikir dengan sarana tanda. Peirce melihat tanda (representamen) sebagai bagian yang tidak terpisahkan  dari objek referensinya serta pemahaman subjek atas tanda (interpretan). Tanda menurut pandangan Peirce adalah something which stands to somebody for something in some respect or capacity. Tampak pada defenisi Pierce ini peran subjek (somebody) sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pertandaan, yang menjadi landasan bagi semiotika komunikasi (Alex sobur, 2009: 41).
Bila Saussure dianggap mengabaikan subjek sebagai agen perubahan sistem bahasa, Pierce sebaliknya melihat subjek sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses signifikasi. Model triadic yang digunakan Peirce (representamen + objek + interpretan = sign) memperlihatkan peran besar subjek ini dalam proses tranformasi bahasa. Tanda dalam pandangan Peirce selalu berbeda di dalam proses perubahan tanpa henti, yang disebut proses semiosis tak terbatas, yaitu proses penciptaan rangkaian interpretan yang tanpa akhir di dalam sebuah rantai produksi dan reproduksi tanda, yang didalamnya tanda mendapatkan tempat hidupnya, bertumbuh dan berkembang biak.
Peirce mendefenisikan tanda sebagai sesuatu bagi seseorang berfungsi sebagai wakil dari sesuatu yang lain dalam hal atau kapasitas tertentu peirce menyatakan bahwa ada tiga subjek dikenal dengan trikotomi Peirce dalam semiosis yang saling berhubungan satu dengan yang lain.Dari tanda-tanda yang ada dalam lukisan Theodore Gericaulit ada sebuah ketertarikan yang perlu untuk diungkap yaitu kenapa lukisan ini Theodore Gericaulit membentuk pola segi tiga dengan keadaan yang lagi kacau di tengah lautan dan makna apa yang ingin disampaikanya.?
Dalam menganalisis karya melalui kajian semiotika ini perlu ada pembatasan cakupan permasalahan demi menghindari kesalah pahaman dalam menganalisis karya. Untuk itu konsep kajian yang dipakai untuk pisau pembelah karya Theodore Gericaulit yang berjudul “Medusa Raft” memakai kajian yang dikemukakan oleh Charles Sanders Peirce. Pendekatan yang digunakan yaitu klasifikasi tanda berdasarkan objek: ikon, indeks, simbol dengan tingkat kajian level sintaktik dan semantik.
B.  Pembahasan
a.    Landasan teori semiotika Charles Sanders Peirce
Charles Sanders Peirce adalah seorang filusuf Amerika yang paling orisinal dan multidimensional. Ia lahir dari sebuah keluarga intelektual pada tahun 1839. Peirce terkenal dengan dengan teori tandanya didalam lingkup semiotika sebagaimana dipaparkan Lechte (2001:227), sering kali mengulang-ngulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang.
Bagi Peirce tanda berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (symbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat persamaan bentuk alamiah atau dengan kata lain ikon hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab-akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu pada denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang bisa disebut simbol. Jadi symbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara petanda dan penandanya, hubungan diantaranya bersifat arbiter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) maasyarakat.


b.   Analisis karya
Theodore Gericaulit adalah seorang seniman sangat berpengaruh Perancis, pelukis dan juru cetakan logam, lukisannya yang terkenal The Raft  Medusa dan lukisan lainnya. Meskipun ia mati muda, ia menjadi salah satu pelopor dari gerakan Romantis .
Theodore Gericaulit melukis buntuk dari bangkai kapal angkatan laut Prancisfrigate Meduse yang tenggelam bentuk visual berupa rakit, yang kandas di lepas pantai tanggal 5 Juli 1816. 15 tewas dalam 13 hari sebelum penyelamatan mereka, dan mereka yang
selamat mengalami kelaparan, dehidrasi dan kanibalisme.

Judul : The Raft Medusa
Tahun : 1818-1819
Ukuran : 491 cm x 716 cm
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/The_Raft_of_the_Medusa

Dalam karya yang berjudul The Raft Medusa (Rakit Medusa) terdapat dua puluh belas ikon orang manusia diantara mereka semua hanya ada seorang wanita, ada tiga belas yang masih hidup dengan keadaan memprihatinkan serta pakaian yang mereka pakai tidak layak untuk digunakan dalam keadaan seperti itu dan keadaan badan mereka kurus sebagian, sementara ada lima orang yang sudah tak bernyawa. Diatas rakit ada lima orang sedang melambaikan tanggan dua diantaranya,ditanggan mereka ada kain warna merah yang kusam dan warna putih lagi berdiri diatas sebuah bok seakan mereka melihat kapal diseberang rakit dan memberi isyarat pertolongan dengan melambaikan tanggan. Semuanya berada diatas rakit tak layak untuk digunakan. Pada sisi kiri dan kanan rakit dua mayat manusia yang terkapar dengan keadaan badan mereka yang kurus mayat yang satu kepalanya terbenam keair laut dan yang satu lagi separoh badannya berada diantara rakit dan air laut. Ada tiga orang yang lagi memengang mayat sepertinya mayat itu kerabat yang masih hidup, keadaan rakit dalam lukisan ini sudah tidak layak untuk digunakan lagi, disebelah kiri rakit sudah berlobang-lobang dan bagian tenggah rakit masih berdiri tiang beserta layar terkembang dan layar pun mengarah kesebelah kiri karna tertiup oleh angin.
Sementara keadaan air laut, dengan gelombang air begitu tinggi. Suasana langit yang mendung dan gelap seakan pergantian dari sore kemalam hari dan pantulan cahaya seperti suasana sore hari,
Pada level semantik tanda yang ada pada lukisan, dapat dihubungkan dengan pengalaman pribadi atau berdasarkan sejarah. Peirce mengemukakan bahwa tanda adalah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu, dengan demikian tanda merupakan representasi dari sesuatu. Dalam wawasan Peirce pada dasarnya ikon merupakan tanda yang bisa mengambarkan ciri utama sesuatu meskipun sesuatu yang lazim disebut sebagai objek acuan. Hubungan antara tanda dengan objek juga dapat direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks (sebab-akibat) tidak memerlukan kesepakatan (mulyana, 2000:84). Ikon adalah suatu bentuk fisik  (dua atau tiga demensi) yang menyerupai apa yang direpresentasikannya.
Dalam lukisan Theodore Gericault yang berjudul The Raft Medusa (Rakit Medusa) terdapat ikon manusia, rakit, layar rakit, air laut, dan awan. Bilamana melihat lukisan mata ditujukan terhadap ikon manusia diatas sebuah rakit yang didalamnya dominan ikon manusia berkelamin laki-laki, lain dari itu ada satu ikon manusia berkelamin perempuan itu menjadi sebuah tanda tanya yang mesti dijawab. Dari pertanyaan di atas bila dilihat dari sudut pandang islam bahwasanya penguasa atau pemimpin ada ditangan seorang laki-laki. Sedangkan bentuk ikon-ikon yang lain dalam lukisan Theodore Gericault ingin menyampaikan makna dari tragedy yang terjadi pada saat itu dimana bisa diinterprestasi keadaan manusia yang memprihatinkan akibat dari kecerobohan manusia itu sendiri akibatnya dalam keadaan seperti itu membuat mereka mesti memakan teman sendiri atau kaniballisme.
Indeks dalam karya ini bisa dilihat dari teknik yang digunakan oleh Theodore Gericaulit dalam lukisannya, dari segi warna bisa dilihat cara Theodore Gericaulit membentuk air laut dengan teknik transparan dimana warna sebelumnya masih kelihatan walau sudah ditempa dengan warna lain.
Istilah simbol dalam pandangan Peirce lazim disebut kata, nama, dan label, sebab itu tidak mengherankan apabila pengertian tanda, simbol, maupun kata seringkali tumpang tindih. Seperti halnya Peirce, Ogden dan Richards juga menggunakan istilah simbol dengan pengertian yang kurang lebih sama dengan simbol dalam wawasan Peirce. Dalam karya Theodore Gericault bentuk yang dihadirkan melalui ikon manusia dan tiang sebuah rakit menghadirkan bentuk pola piramida, dimana saja orang sudah paham bahwa pola sebuah pyramid itu melambangkan hubungan manusia dengan tuhan atas dasar konvensi. Didalam lukisan bisa kita interprestasi bahwa dalam keadaan ditimpa oleh bencana, sekafir-kafirnya manusia mereka pasti mengigat tuhannya, dan simbol lainnya merupakan bentuk keseluruhan dari lukisan itu, kalau hanya melihat lukisan itu sebagai sebuah rakit yang telah hancur ditengah lautan dengan manusia diatasnya itu hanyalah sekedar lukisan rakit yang telah hancur beserta manusia ditenggah lautan.
Namun bukan itu yang ingin disampaikan oleh Theodore Gericault dalam lukisannya, bahwasanya Theodore Gericault ingin menyampaikan tragedy yang terjadi pada tahun 1816 dimana pada saat itu sebuah kapal angkatan laut Prancisfrigate Meduse tenggelam dan banyak memakan korban. Dengan menggunakan sebuah rakit yang dibuat terburu-buru mereka mencoba untuk menyelamatkan diri.

C.  Penutup
A.   Kesimpulan
Teori semiotika yang dikemukakan oleh Charles Sanders Peirce, peirce mengklasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibagi menjadi qualisign, sensign, dan legi sign. Berdasarkan objek peirce membagi tanda atas ikon, indeks, dan simbol. Berdasarkan interpretan tanda dibagi atas rheme, dicent sign dan argument. Berdasarkan klasifikasi tanda diatas peirce mengklasifikasi tanda lagi menjadi tingkatan semiosis yang tak terhingga.
B.   Saran
Berdasarkan analisis karya diatas dengan kajian semiotika masih banyak terdapat kekurangan dalam analisis. Untuk pengkajian selanjutnya, masih banyak yang dapat dikaji dalam karya ini baik menggunakan klasifikasi tanda yang telah dikemukakan oleh Peirce melalui ground, objek dan interpretan.







Daftar Pustaka
1.   Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009.
Sumber lain.
Analisis Estetika Tehadap Lukisan Bejudul “Night Watch”
Karya Rembrandt

A.  Pendahuluan
Rembrandt Harmenszoon Van Rijn merupakan seorang seniman barok Belanda, dikenal salah satu pelukis besar di dunia. Rembrandt pada saat itu masih tergolong pada zaman pramodren dimana karya pada masa itu bentuk mengikuti makna. Rembrandt melukis dengan menggunakan teknik yang dikenal dengan teknik memanipulasi ekpos cahaya terhadap bentuk sehingga memberi efek tertentu didalam lukisan. Studi tentang Rembrandt di sekolah teologi, disebut-sebut sebagai tokoh utama aliran luminisme. Luminisme disesuikan dengan bahasa latin lumen, artinya cahaya, sinar. Rembrandt merupakan empu abad ke-17 yang dikagumi mulai dari etsa dan drawing, potret-potret asli tokoh tertentu, sampai potret-potret imaginer. Dengan teknik memanipulasi ekspos cahaya yang digunakan Rembrandt dalam melukis membuat karyanya memiliki efek cahaya yang unik. Efek cahaya yang unik disini, setiap bentuk yang hadir dalam lukisan Rembrandt memiliki jatuh cahaya yang berbeda-beda.Jatuh cahaya yang berbeda-beda maksudnya setiap bentuk representasi manusia memiliki jatuh cahaya masing-masing. Hal tersebut membuat penulis tertarik untuk menganalisis kandungan estetika pada karya yang berjudul “Night Watch”.
Analisis estetika terhadap karya seni bertujuan untuk melihat nilai-nilai yang terkandung didalam sebuah karya tersebut. Banyak teori yang dapat digunakan dalam analisis estetika ini, dalam menghindari kesalahhan dalam penulisan, penulis menggunakan teori estetika A. A. M. Jdelantik yaitu ; wujud, bobot dan tampilan.
Dalam buku teori estetika A. A. M. Jdelantik membahas tiga aspek dasar kesenian, tapi penulis membatasi aspek dasar teori estetika A. A. M. Jdelantik berupa wujud dan bobot yang dipakai dalam analisis iniyaitu ;
wujud, untuk menghindari kesalah pahaman perlu diuraikan. Istilah wujud mempunyai arti yang lebih luas dari pada rupa yang lazim dipakai dalam kata seni rupa. Atau semisal dalam kalimat batu itu mempunyai rupa seperti burung. Wujud dalam sebuah karya seni di analisis dengan unsur-unsur rupa, prinsip rupa. Dari analisis mengunakan unsur-unsur rupa dan prinsip rupa maka muncullah dinamika atau kualitas dari karya tersebut baik itu kuat, lemah, sedang. terciptanya dinamika, berdasarkan analisis unsur-unsur rupa maka munculah suasana tertentu yang sesuai dengan suasana atau kesan yang telah direncanakan pada konsep gagasan. Apakah itu suram, kesedihan, girang, keputus asaan dan lain-lain.
Bobot atau isi dari benda atau peristiwa kesenian bukan hanya dilihat belaka tetapi juga meliputi apa yang bisa dirasakan atau dihayati sebagai makna dari wujud kesenian itu.








B.  Pembahasan
“Night Watch” adalah judul karya Rembrandt yang dibuat pada tahun 1642 dengan ukuran karya 363 cm x 437 cm mengunakan teknik
memanipulasi ekpos cahaya.

Gambar karya Rembrandt
Judul : Night Watch
Teknik, ukuran, tahun : menipulasi ekpos cahaya, 363 cm x 437 cm,tahun 1642

Dalam karya Night Watch dominan menghadirkan bentuk figure manusia, figure manusia itu menggambarkan sekelompok serdadu berbagai fose dengan kostum seorang prajurit lengkap dengan senjata. Pada bagian depan nampak dua orang yang berpakaian berbeda dengan yang lainnya seperti seorang komandan perang. Dibagian tengah-tengah serdadu ada seorang anak perempuan yang memakai gaun dengan ekpresi wajah ketakutan dan di sebelah kanan terlihat seorang serdadu sedang memukul gendang dan seekor anjing kecil warna abu-abu sedang melirik serdadu memukul gendang.
Background karya ini melihatkan sebuah gerbang kerajaan di malam hari yang gelap tanpa cahaya, didinding gerbang terlihat tumpukan tombak serdadu yang disandarkan kediding gerbang yang terlihat samar-samar. Sementara seorang seradadu di belakang anak perempuan sedang mengibarkan sebuah bendera. Pada pinggir sebelah kiri karya ada seorang raja dengan raut wajah sedang kusud menuju kearah kerumunan parjurit. Pada karya ini Rembrandt dominan menggunakan coklat muda dan coklat tua ada beberapa orang pada pakaian diberi warna merah, secara keseluruhan warnanya pun terlihat kotor serta pencahayaan tehadap bentuk pada lukisan dating cahayanya berbeda-beda.
Secara unsur yang membangun karya ini dapat dilihat berbagai garis membentuk dinamika yang ingin diungkapkan oleh Rembrandt dalam karyanya Night Watch. Garis merupakan gabungan antara satu titik dengan titik lain, dalam karya Rembrandt dapat kita lihat garis lengkung, zig-zak, semu, dan garis lurus,namun yang mendominan banyak menggunakan garis lengkung. Garis lengkung dapat kita lihat pada topi-topi, graferi baju, dan bentuk-bentuk tertentu dari figure manusia yang dilukis, sedangkan dibentuk lain garis lengkung didalam karya terlihat tajam sebagai mana dapat dilihat pada bentuk gendang, topi dan beberapa pakaian para serdadu. Garis lengkung yang terlihat tajam ini dapat diinterprestasi suatu bentuk semangatyang begitu keras dari sebuah perjuangan mereka dalam mempertahankan suatu keamanan dalam menjalankan tugas.
Pada senjata-senjata serdadu membentuk garis lurus yang tajam dan garis zig-zak ditali yang mengikat gendang sementara garis semu dibeberapa senjata seperti ujing pistol yang membentuk silender, seperti kita melihat sebuah bola garis yang muncul berupa garis kontur dari bentuk itu sendiri, sebenarnya garis tersebut tidak ada dikarenakan ada perbedaan ruang positif dan negative yang mengelilingi bentuk. Garis fertikal dalam karya dapat dilihat dari bentuk representasi tombak-tombak yang berada dibelakang komplotan serdadu menafsirkan suatu bentuk ketaatan seorang prajurit perang terhadap raja yang memimpin mereka dan mereka berani mempertaruhkan nyawa dalam menjaga keamanan kerajaan dan masyarakat dalam kawasan kerajaan dari bentuk bahaya yang mengancam keamanan dalam artian lain hubungan antara pemimpin dan bawahan dan tombak yang dipegang seorang prajurit pada bagian depan membentuk pola garis horizontal yang mana seorang prajurit di medan perang saling menjaga atau melindunggi antar sesama atau dalam bentuk hubungan antar sesama manusia.
Semua karya seni memiliki form atau bentuk. Bentuk itu bisa berupa realistic atau abstrak, representasional atau non representasional, dibuat secara cermat dengan persiapan yang matang atau spontan ekpresif (M. Dwimarianto, 2006: 74).
Pada karya Night wacht ini bentuk-bentuk yang hadir figure-figur manusia dan senjata. Dari sekian banyak bentuk representasi manusia bisa dikatakan seluruh figure yang dihadirkan dalam lukisan representasi dari serdadu laki-laki, namun didalamnya bukan hanya bentuk serdadu laki-laki malahan ada sosok figure seorang wanita dengan raut wajah kaget atau ketakutan dan sosok seorang raja yang menuju kearah para prajurit dengan membawa sebuah tombak dengan ekpresi wajah sedang cemas. Bila dicermati secara teliti figure-figur manusia yang dihadirkan Rembrandt dalam lukisannya bila dikaji berdasarkan ilmu anatomi manusia tidak mencapai porsi anatomi manusia dewasa bisa dirasakan bentuk anatomi seorang prajurit yang berdiri dipaling depan. Bentuk-bentuk figure pada lukisan bisa kita tafsirkan suatu kelalaian dari sekelompok serdadu yang sedang berjaga tidak mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh kerajaan atau tidak menjalankannya secara normal seperti biasanya. Efek tersebut merambas kepada keamanan terhadap kerajaan dimana dalam lukisan terlihat seorang putri kerajaan yang sedang dalam bahaya sementara para penjaga malah keasikan dengan bercengkrama satu sama lain bisa dirasakan dari mimic wajah mereka dalam lukisan dan mereka seakan-akan berpesta dalam keadaan yang lagi terancam dengan memainkan gendang bahkan tidak memperhatikan tanda dari seekor anjing yang lagi menggonggong kearah pemain gendang sebagai tanda kepada para penjaga untuk cepat bertindakmengamankan kerajaan yang sedang dalam bahaya.
Dikarya Night Wacth terlihat kelihaian seorang Rembrandt meletakkan jatuhnya cahaya terhadap bentuk dengan arah cahaya yang berbeda-beda dan pembentukan graferi kain yang begitu sempurna. Bisa diinterprestasi bahwa kebaikan ataupun kejahatan bisa datang dari mana saja dan tidak mengenal arah.
Penggunaan warna dalam karya ini cendrung lebih kepada warna coklat muda dan coklat tua yang terlihat kotor dan warna-warna gelab, kusam dan suram. Disini dapat dilihat keinginan Rembrandt menghadirkan warna kulit manusia. Penggunaan warna kulit manusia yang kelihatan kotor dapat kita tafsirkan bahwa dalam suatu kerajaan atau pemerintahan tidaklah secemerlang yang kita lihat diluar.Dari analisis formal menghadirkan dinamika sedang dan suasana keadaan politik kerajaan yang lagi kacaw.
berdasarkan analisis formal, dinamika dan suasana bisa kita menilai makna apa yang ingin disampaikan oleh Rembrandt dalam lukisannya. Dalam keseniaan tidak ada suatu cerita yang tidak mengandung bobot, yakni ide atau gagasan yang perlu disampaikan kepada penikmatnya. Bagai mana pun sederhana ceritanya tentu ada bobotnya. Pada umumnya bukan cerita semata yang dipentingkan tetapi bobot, makna dari cerita itu (A. A. Jdelantik, 2001: 52).
Makna harus secara aktif “dibaca” dan “ditafsirkan”. Makna yang diambil sebagai pemirsa, pembaca, audien tidak pernah secara pasti seperti makna yang sebenarnya dimaksudkan oleh sipembaca, sipenulis, sipelukisnya atau yang dihasilkan oleh pemirsa-pemirsa lain, dan karena diharuskan memasuki bahasa dalam upaya mengatakan sesuatu yang bermakna, padahal dalam bahasa itu telah terkandung segala macam makna yang telah ada sebelumnya, yang tersimpan dari era-era sebelumnya, maka kita tidak akan pernah bisa sepenuhnya membersihkan makna-makna lain yang mungkin saja bisa merusak atau memodifikasi hal-hal yang hendak dikatakan (M. Dwimarianto, 2006: 114).
 Karya Night wacht ini membentuk drama dalam suatu kerajaan yang dihadirkan oleh Rembrandt dalam lukisannya dimana seorang Rembrandt memandang suatu pemerintahan dan peristiwa dramatis,  gejolak politik dan agama. Dalam analisis diatas dapat kita lihat Rembrandt begitu memperhatikan peristiwa pada saat itu dimana  hidup dalam kerjaan yang penuh dengan penjagaan, gairah, cinta dan kebahagiaan, serta kesenangan yang tiada tara. Namun gejolak politik  pada saat itu membuat kehidupan dalam kerajaan pada dasarnya kacaw balau seperti yang digambarkan Rembrandt seorang putri kerajaan yang penuh dengan penjagaan masih juga mendapat ancaman dari pihak luar serta kehidupan dalam kerajaan tidaklah seenak yang dibayangkan.
C.  Penutup
a.    Kesimpulan
Dari unsur-unsur rupa yang membangun karya Night Wacht Rembrandt, terlihat kerumitan dari teknik yang digunakan dalam menggarap lukisan ini yaitu teknik memanipulasi ekspos cahaya dimana pada karya dapat kita lihat cahaya yang jatuh terhadap bentuk berbeda-beda.
Berdasarkan analisis unsur rupa di atas Rembrandt begitu memperhatikan peristiwa, gejolak, politik dalam kehidupan pada saat itu.
b.   Saran
Banyak hal yang menarik dari karya Rembrandt yang berjudul Night Wacht untuk diteliti lebih lanjud seperti konsep dalam berkarya, ide dan gagasan Rembrandt dalam berkarya adalah sebuah kajian yang lebih menarik untuk diteliti lebih lanjut.






Daftar Pustaka
1.   M. Dwimarianto, Quantum Seni, Dahara Prize, Semarang, 2006.
2.   Jakop Sumardjo, Estetika Paradoks, Sunan Ambu Press, STSI Bandung, 2006.
3.   Yapi Tambayong, 123 Ayat Tentang Seni, Nuansa Cendekia, Bandung, 2012.
Sumber Lain